Bupati dan Wakil Bupati Berebut Kursi Bupati ; H. Fikri Setiawan Kuda Hitam yang Perlu Diperhitungkan

Di era reformasi sekarang, persaingan memperebutkan kursi kekuasaan bisa dibilang lintas jabatan struktural. Seorang wakil tidak merasa ‘ewuh pekewuh’ bersaing dengan atasannya. Di Kabupaten Pasuruan contohnya.***

Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Pasuruan periode 2003-2008 baru akan digelar akhir Mei nanti. Tapi, situasi politik di dalam maupun di luar gedung dewan sudah mulai menghangat. Hampir sabanhari suasana gedung DPRD Kabupaten Pasuruan tak pernah sepi (meski lokasinya cukup jauh dari kota Pasuruan, red.) didatangi masing-masing pendukung kandidat bupati. Hingga hari terakhir pendaftaran calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup), 30 April lalu, ada 12 cabup dan 8 cawabup yang mendaftar.
Dari keterangan yang berhasil dihimpun Tabloid Suara Santri di lapangan menyebutkan, dari ke-12 cabup tersebut hanya ada tiga nama yang disinyalir bakal bersaing kuat untuk menduduki kursi orang nomor 1 di Pasuruan. Ketiganya adalah, H. Dade Angga (bupati sekarang), H. Jusbakir Aldjufri (wakil bupati sekarang) dan H. Muzammil Syafi’i (Ketua DPRD). Tapi, di luar ketiga nama itu disebut-sebut nama H. Fikri Setiawan (mantan sekda Kabupaten Pasuruan) yang disinyalir banyak kalangan bakal menjadi “kuda hitam.”
Seperti diketahui, Dade Angga yang sebelumnya dikabarkan sempat ditolak FPDIP ternyata, ia malah bisa leluasa melenggang lewat pintu PDIP dan Golkar. Bahkan, kedua partai ini sudah memberikan rekomendasi pada Dade. Sedang Jusbakir Aldjufri menang voting atas Muzammil Syafi’i dalam rapat penentuan cabup yang digelar DPC PKB Pasuruan Selasa malam awal Mei lalu. Dengan peta ini, seakan arus persaingan pilbub Pasuruan tinggal pada dua figur: Dade Angga dan Jusbakir. Tetapi Muzammil, walaupun kalah dalam voting di DPC, tetap punya keyakinan banyak dukungan. Menurut sumber Suara Santri Muzammil mengantongi 14 suara dari 22 anggota FKB. Sedang Jusbakir 6 suara dan Dade Angga didukung 2 suara. Bila peta kekuatan ini tidak terakomodir, tentu perpecahan di kubu PKB akan tidak terelakkan.
Apalagi bila Muzammil tidak dipasang sebagai calon bupati pendukungnya akan berhamburan diluar PKB, bisa saja ke Dade Angga atau H. Fikri Setiawan. Sebab Muzammil sendiri tidak mau bila hanya dipasang sebagai calon wakil bupati.
Bagaimana Fikri? Lelaki berambut putih yang mengaku masih keturunan Mbah Slagah Bugul ini selalu tersenyum bila ditanya ihwal pilbub ini. “Soal pilbub, buktikan saja nanti,” jawabnya singkat. Cuma, pada saat Gus Dur silaturrahmi ke Pasuruan, diam-diam ternyata Fikri tidak mau kalah langkah dengan Dade. Bagi Fikri, ia tidak ambil pusing dengan kota Pasuruan yang diramaikan “dukungan pada pencalonan Dade Angga” pada saat kedatangan Gus Dur. Yang penting, bagaimana cara Fikri bisa berhasil menjemput kedatangan Gus Dur di Bandara Juanda. Dan itu, tentu, dimungkinkan bisa dijadikan “arena lobi”. Apapun berita di koran yang tidak memperhitungkannya dia tetap akan maju. Menurut sumber Suara Santri, masih banyak tokoh masyarakat yang mendukung Fikri, walau sekarang belum nampak. Fikri siap jadi kuda hitam.

Mencari Dukungan Gus Dur

Dukungan terhadap pencalonan kembali Dade Angga, kiranya tidak hanya sebatas pada pemasangan spanduk di jalanan. Melainkan, tidak sedikit pejabat di Kabupaten Pasuruan mulai dari kabag, camat sampai kepala desa beserta perangkatnya yang turut ambil bagian. Seperti saat Dade mendaftar sebagai cabup (27/4). Ia diantar oleh seluruh camat dan para kabag Pemkab Pasuruan. Sebelumnya, hal serupa dilakukan Paguyuban Kepala Desa (PKD) se-Kabupaten Pasuruan. Mereka terang-terangan mendukung Dade Angga untuk memimpin kembali menjadi Bupati Pasuruan 2003-2008.
Kehadiran Gus Dur di Pasuruan Sabtu awal Mei lalu, misalnya, menjadi rasan-rasan sejumlah politikus dan pengamat di Kabupaten Pasuruan. Mereka menduga, Dade Angga sengaja mengundang Gus Dur untuk mencari restu. Sebab, selama ini DPC PKB tidak mencalonkan Dade Angga, tapi Gus secara eksplisit mendukungnya.
Kepala Desa Djama’ali yang menjadi koordinator PKD se-Kabupaten Pasuruan, misalnya, dengan tanpa tedeng aling-aling menyatakan siap mendukung Dade Anggga tampil kembali menjadi bupati. Bahkan, katanya, sekitar 300 lebih kepala desa/lurah (plus sekitar 3.000-an perangkat desa/lurah) se-Kabupaten Pasuruan telah membuat pernyataan dengan membubuhkan tandatangan masing-masing mendukung kepemimpinan Bupati Dade. “Surat pernyataan itu, sudah kami serahkan kepada DPRD,” kata kepala desa yang tinggal di Kecamatan Rembang – Bangil ini.
Menurut Djama’ali, ada beberapa alasan yang menyebabkan munculnya surat pernyataan mendukung Dade Angga itu. Diantaranya, bahwa selama 5 tahun memimpin, Dade dinilai telah berhasil dan memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Lebih-lebih di bidang pembangunan sarana jalan, tempat pendidikan dan pondok pesantren. Ia juga dikenal dekat dengan kiai dan ulama. Tapi, tidakkah pernyataan itu bersifat pesanan atau karena iming-iming kedudukan? Djama’ali menampik tegas tudingan sumir ini. “Pernyataan itu murni kesadaran masing-masing kepala desa dan lurah,” tegasnya. “Kami tidak menerima suap dalam hal ini.”
Tapi, lain halnya dengan di intern PDIP Kabupaten Pasuruan. Di tubuh partai berlambai Banteng gemuk bermulut putih dalam lingkaran yang mendukung tampilnya Dade ini, ternyata terjadi saling tuding soal isu suap. Ketua DPC PDIP Kabupaten Pasuruan Eddy Paripurno, misalnya, dituding Hari Sugiri telah melakukan money politics. Eddy dituding dapat uang Rp 10 juta dari Dade Angga. Sebab itu, Eddy kemudian tidak terima dan balik menuding Hari Sugiri telah melakukan money politics sejak dua bulan lalu. Tepatnya, kata Eddy, ketika proses penjaringan akan dilakukan DPC PDIP terhadap 23 PAC PDIP di Kabupaten Pasuruan.
Menurut Eddy, sekitar 8 PAC telah mendapatkan uang pelicin sekitar Rp 1 juta. Uang itu diberikan di sebuah hotel di kawasan Tretes, Prigen. Dengan uang itu, akhirnya memudahkan Hari Sugiri mendapatkan dukungan dari 8 PAC tersebut saat penjaringan cabup oleh DPC PDIP.

Suara Kiai

KH Nurcholis Mustari, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman Bangil ini menilai, sosok Dade Angga sudah melekat dihati masyarakat Kabupaten Pasuruan. Dade, kata salahsatu Ketua MUI Kabupaten Pasuruan ini, merupakan figur yang perlu dipertahankan untuk memimpin kembali di Kabupaten Pasuruan. Alasannya, dalam menangani sejumlah permasalahan, ia bisa menghadapi dengan bijaksana. Disamping itu terhadap lawan politiknya meskipun menang, ia tetap tidak sombong, dalam bahasa jawanya ”menang tanpo ngasorake.” Saya secara pribadi, katanya, dengan resiko apapun tetap mendukung Pak Dade untuk kembali memimpin Pasuruan.
KH Zaky Ubaid, Ketua MUI Kabupaten Pasuruan, bahwa meknisme pilkada Bupati Pasuruan sudah diserahkan kepada wakil rakyat yang ada di DPRD. Untuk itu bukan wewenangnya memilih salah satu calon bupati. Namun, ketika didesak mengenai suksesi pilbup ini, kiai karismatik ini dengan singkat menjawab dalam bahasa jawa ”Lek nggak mosok iyyo’o lan lek iyo mosok nggak’o (kalau tidak masak ya dan kalau ya masak tidak).” Jadi, sebaiknya semuanya apa kata takdir Allah Swt.
KH Djasim Noor, Pengasuh PP Mafatihul Ulum Podokaton , Gondang Wetan berpendapat,
sosok yang memimpin Pasuruan harus dapat mengayomi seluruh komponen masyarakat. Secara tegas kiai sepuh ini menyebut , “Sing dadi Dade (yang jadi Dade).
KH Hasyim Muzamil, Rois Syuriyah MWC NU Bangil mengatakan, yang penting Bupati Pasuruan ke depan orangnya tidak rawan konflik. Disamping itu, ia harus loyal kepada masyarakat. Bila disuruh memilih dari para calon yang terdaftar, “Saya masih mengharapkan Pak Dade Angga menjadi bupati kembali.” Alasannya, ‘kan sudah teruji selama beliau menjabat bupati. Disamping itu, Pak Dade mampu mengakomodasi saran-saran ulama’.
KH Bustomi, Pengasuh PP Az-Ziyadah Rembang berpendapat, bahwa menurut perhitungan saya suara PKB bakal pecah. Sebab itu, Pak Dade mempunyai peluang memenangkan pemilihan bupati nanti.***(Tim SS)

Previous | Index | Next | Print artikel