BEREBUT KURSI GUBERNUR

MENDUDUKI kursi Gubernur Jawa Timur menjadi dambaan banyak orang. Tak kurang, 41 tokoh mendaftarkan diri sebagai Calon Gubernur atau Wakil Gubernur (Cagub/Wagub) provinsi berpenduduk 35 juta ini. Dari politisi, birokrat, jenderal, intelektual, seniman, pegawai rendahan, ibu rumah tangga hingga kiai, rame-rame berebut jabatan bergengsi itu
Di jajaran politisi terdapat nama Saifullah Yusuf, Sekjen DPP PKB, partai pemenang Pemilu di Jawa Timur. Juga Ir Ridwan Hisjam,
anggota MPR/DPR RI yang tak lain adalah Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur.Sedangkan, di kalangan jenderal, berderet nama Mayjen TNI (Pur) Imam Utomo, Mayjen TNI (Pur) Haris Sudarno, Mayjen TNI (Pur) Djoko Subroto, Irjen Pol (Pur) Dayat SH MBA dan Brigjen TNI (Pur) Abdul Kahfi. Dan, masih ada nama Kolonel (Pur) Markus Silano.
Sementara, dari kalangan birokrat terdapat nama Drs Soenarjo Msi, Sekdaprov Jatim yang juga berprofesi sebagai dalang. Dari kalangan intelektual terdapat nama Prof Dr Fuad Amsari dan Prof Dr Haryono Koesoemo. M Anis yang dikenal sebagai budayawan dan seniman, juga mendaftarkan diri sebagai Cagub. Marwan, seorang pegawai rendahan di lingkungan Pemkab Ngawi, juga ikut beberebut jabatan gubernur. Demi mendaftarkan diri sebagai Cagub, Marwan bahkan rela bersusah payah naik sepeda motor dari Ngawi ke DPRD Jatim di Surabaya. ‘Perjuangan’ serupa ia lakukan saat memperoleh undangan menyampaikan visi dan misi seorang Cagub di DPRD Jawa Timur.
Rr Endah Pudji Koerniati, seorang ibu rumah tangga yang menghuni rumah type 36 di Perumahan Pepelegi, Sidoarjo, juga sangat berminat menduduki jabatan gubernur, karena kehidupan sehari-harinya ingin berubah. Bahkan, KH Ali Maschan Moesa, Ketua PWNU Jawa Timur serta wakilnya, KH Nuruddin A Rahman, juga mati-matian berlaga memperebutkan jabatan ‘basah’ tersebut. Karena keduanya kiai, tentu dasar ikut-ikutan berebut kursi gubernur dibungkus dengan alasan agama.
Sebanyak 41 Cagub tersebut telah menyampaikan visi dan misinya di depan fraksi-fraksi DPRD Jatim. Suara Santri yang menyaksikan proses penyampaian visi dan misi tersebut menyaksikan, semua kandidat Cagub menyampaikan visi dan misinya penuh semangat, bahkan ada yang kelewat menggebu-gebu, kecuali Marwan, pegawai Balitbangda Pemkab Ngawi tersebut. Sebab, dalam pemaparan misi dan visinya, Marwan tidak menampilkan diri sebagai layaknya calon gubernur, tapi malah sebaliknya. Marwan justru berlagak seperti rakyat yang sedang menyampaikan aspirasi kepada wakil rakyat di DPRD. Penampilan bersahaja Marwan sempat mengundang iba anggota FKB, yang kemudian diam-diam memberi sangu Marwan Rp 500 ribu. Namun, dengan sangat tegas, Marwan menolak pemberian itu. “Maaf, Pak, saya tidak butuh ini. Apa yang saya lakukan ikhlas, kok,” kata Marwan, seraya mengembalikan sangu dari FKB.
Jika semua Cagub menyampaikan visi dan misinya penuh semangat dan menggebu, tidak demikian dengan anggota Dewan. Para wakil rakyat tersebut, terkesan ogah-ogahan dan dingin mendengarkan pemaparan visi dan misi yang disampaikan para Cagub. Bahkan, salah seorang Cagub asal Blitar, mengaku tersinggung saat menyampaikan misi dan visinya di depan FPDIP. Sebab, di fraksi ini, rapat pemaparan misi dan visinya cuma dihadiri lima anggota. Padahal sebelumnya, saat Imam Utomo menyampaikan misi dan visi, 31 anggota FPDIP hadir semua. Sejumlah Cagub yang lain juga kecewa dengan perilaku anggota Dewan, karena saat pemaparan visi dan misi, anggota Dewan yang terhormat banyak yang ngantuk. Juga, ada yang diam-diam sambil baca koran.
Percuma
Banyak yang menilai, pemaparan misi dan visi oleh para Cagub di depan fraksi-fraksi DPRD Jatim, sesungguhnya merupakan sesuatu yang percuma dan hanya menghabiskan uang rakyat. Sebab, fraksi-fraksi tersebut, masing-masing; FKB, FPDIP, F-Gab, FPG dan FTNI/Polri, sudah punya calon sendiri-sendiri, yang tak mungkin tergoyahkan hanya karena pemaparan visi dan misi seorang Cagub.
FPDIP (31 anggota) misalnya, dengan menjalin koalisi dengan F-Gab (15 anggota), sejak jauh hari sudah mencalonkan pasangan Imam Utomo-Soenarjo sebagai Cagub dan Cawagub. Meskipun visi dan misi yang disampaikan pasangan ini berkualitas rendah misalnya, FPDIP dan F-Gab tidak akan memilih Cagub lain yang misi dan visinya jauh lebih berkualitas, karena memang sudah menjatuhkan pilihan pada Imam Utomo dan Soenarjo. Demikian pula FKB, tidak akan memilih Cagub karena visi dan misinya berkualitas, melainkan akan memilih siapapun, pokok direstui Gus Dur, Ketua Dewan Syuro DPP PKB. Sedangkan, FTNI/Polri (10 anggota), hanya akan memilih Cagub yang kuat dan diperkirakan menang, siapapun orangnya.
Bagaimana dengan Fraksi Partai Golkar (FPG 11 suara) ? Fraksi yang menjagokan ketuanya, Ir Ridwan Hisjam, sebagai Wakil Gubernur, ini sebenarnya hendak berkoalisi dengan FKB. Namun, belakangan koalisi itu bubrah gara-gara dua belah pihak saling tidak percaya.
Sebenarnya, ungkap sumber Suara Santri, bubrahnya rencana koalisi FKB-FPG karena calon gubernur yang dijagokan FKB, tidak layak jual di lintas fraksi. Sehingga, jika FPG nekat menerima koalisi dengan FKB, hampir bisa dipastikan kalah dalam pemilihan gubernur nanti.
“Kalau hanya untuk kalah, ngapain berkoalisi? Sama-sama kalah, lebih baik kalah nyalon gubernur, lebih terhormat katimbang kalah nyalon wakil gubernur,” kata anggota FPG menyampaikan alasan, mengapa urung berkoalisi dengan FKB.(im)

Pernyataan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Previous | Index | Next | Print artikel