Politik Dibalik Perseteruan Rhoma dengan Inul

Perseteruan si “Raja Dangdut” Rhoma Irama dengan si “Ratu Ngebor” Ainul Rokhimah alias Inul Daratista, perlahan tapi pasti mulai tersingkap. Bahkan, kasat mata. Politik dibelakangnya. PDIP seperti pernah diberitakan tabloid ini yang sebelumnya sempat “risih” gara-gara “foto berpelukannya Taufiq Kiemas dengan Inul,” sekarang malah sudah tidak risih lagi (bila tidak berkenan dikatakan “terang-terangan” – red.) untuk menggaet Inul.
Rupanya, PDIP sekarang tidak ingin kedahuluan start dengan PKB. Memang, sebelumnya Sekretaris DPW PKB Jatim Drs Arif Djunaidi sempat menawari Inul untuk masuk menjadi kader PKB. Alasan Arif Djunaidi, sederhana saja. “….biar goyang Inul jadi baik,” kata Arif. Tawaran Arif Djunaidi kemudian dipertegas Ketua DPP Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa, Dra Khofifah Indar Parawansa. Menurut Khofifah, sosok Inul adalah orang yang menjunjung tinggi profesionalisme sebagai penyanyi. “Saya yakin ‘kok, Inul juga tidak ingin di akhir karirnya nanti, dia mendapat cap sebagai artis dijuluki bom seks misalnya,” ujar Khofifah di Sidoarjo, pertengahan Pebruari lalu.
Kali ini keinginan PDIP menggaet Inul Daratista disampaikan langsung Ketua DPP PDIP H. Taufiq Kiemas di Pekalongan, Jawa Tengah, dalam acara temu kader dan peresmian gedung sekretariat DPC Kabupaten Pekalongan, 3 Mei lalu. Menurutnya, tidak ada yang aneh dalam penampilan Inul. Apalagi sampai memberikan kesan erotis dan sensual. Kieman memandang, bahwa penampilan Inul biasa-biasa saja, sehingga tidak ada yang perlu dipermasalahkan ataupun diperdebatkan sampai begitu heboh.
Apakah Inul akan tertarik dengan penilaian Kiemas dan kemudian mau bergabung dengan PDIP? Belum ada kejelasan. Tapi, menurut sumber Tabloid SANTRI yang dekat dengan keluarga Inul di Kejapanan – Pasuruan menyebutkan, bahwa Inul memang pernah ditelepon langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Hanya saja, menurut sumber itu, pihak keluarga tidak menyebutkan ihwal apa saja yang dibicarakan ibu presiden kepada Inul.

Apa Kata Rhoma
Dalam sebuah pertemuan antara Zainuddin MZ dengan para ulama dan Ketua PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) Rhoma Irama di Gandaria I Gg Haji Aom, Jakarta Selatan, Rhoma meyakinkan bahwa isu Inul ini dipolitisir untuk mengadu domba dirinya dengan pihak-pihak lain, termasuk Gus Dur. Kata Rhoma Irama, permasalahan Inul adalah permasalahan organisasi. Sebagai Ketua Umum PAMMI, dirinya memiliki hak prerogatif untuk menegur anggotanya yang tidak sesuai dengan kebijakan organisasi.
Karena itu Rhoma mengingatkan kepada orang-orang di belakang Inul untuk mau peduli terhadap moral bangsa yang kini sedang dihancurkan oleh sebuah sistem. “Kita jangan mau diadu domba,” tegas Rhoma.
Rhoma juga mengingatkan kepada orang-orang yang hanya ingin mengeruk keuntungan dari Inul. “Ini bukan masalah enteng. Tapi ini masalah besar,” simpul Rhoma. “Ingat, jutaan umat di belakang saya siap jihad kalau ada orang-orang yang siap mendangkalkan moral bangsa. Saya ingatkan kembali kepada para penanam modal di belakang Inul supaya jangan bercanda. Karena ini bisa jadi masalah besar,” ujar Rhoma.
Ketika ditanya maksud pertemuan tersebut, Rhoma menyebutkan, dirinya menyampaikan klarifikasi bahwa kasusnya sudah selesai. Dan Inul sudah meminta maaf kepadanya selaku pemimpin organisasi. Soal tanggapannya mengenai permintaan PARSI (Persatuan Artis Sinetron Indonesia), agar Rhoma menarik pernyataannya – yang menyebutkan bahwa goyang Inul dan Anisa Bahar merupakan goyangan kasur yang ditampilkan di atas pentas serta mengembalikan musik dangdut ke comberan, agar ditarik – secara implisit Rhoma keberatan untuk hal itu. “Tidak mungkin bagi saya untuk mencabut pernyataan yang intinya mengingatkan orang pada jalan yang benar,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut Ketua PAMMI Rhoma Irama didampingi Camelia Malik, Iis Dahlia, Munif Bahaswan dan Jaja Miharja. Sementara di jajaran ulama yang berasal dari ulama yang berasal dari ulama se-Jabotabek dan Banten itu hadir antara lain KH Ahya Al Ansyor, KH Munahan Muchtar, KH Tajuddin Hassan, KH Habib Umar Al Hamid, dan KH Mustofa Al Idrus.
Dalam pertemuan tersebut sejumlah ulama menyatakan kesepakatannya terhadap sikap dan pernyataan Rhoma Irama. Bahwa sudah saatnya tontonan yang mengadung unsur-unsur sensualitas dihentikan. Dan ini membutuhkan peran besar dari pemerintah.
Sementara Rhoma yang diminta tanggapannya atas ucapan mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pada Selasa siang bertemu dengan Inul menyatakan, “Saya tidak mau diadu domba dengan Gus Dur. Gus Dur adalah kyai saya, sahabat saya dan guru saya,” katanya.

Bagaimana Dengan Inul
Menurut Tim Advokat Peduli Beban Rakyat (TAPBR) di bawah koordinasi pengacara senior Hotman Paris Hutapea, SH, melakukan aksi pengumpulan sejuta tanda tangan untuk mendukung “Ratu Ngebor” Inul Daratista, yang dinilainya telah mendapat perlakuan tidak adil dari para pesaing dangdut senior.
Melalui surat edarannya yang dilayangkan melalui faksimili ke beberapa media nasional, TAPBR yang berkantor sama dengan kantor pengacara Hotman Paris & Partners ini, menyatakan bahwa Rhoma Irama tidak berhak mengatur “goyang” orang dan tidak berhak menentukan moralitas musik dangdut.
Aksi TAPBR dengan menggunakan cara mengumpulkan nama dan tanda tangan sebanyak 1 juta orang ini, merupakan salah satu dukungan terhadap artis dangdut asal Pasuruan, Jawa Timur untuk tetap tampil dengan ciri khas goyang “ngebor”nya.
Persatuan Artis Sinetron Indonesia (PARSI) juga mengecam tindakan pencekalan oleh “satria bergitar” itu terhadap Inul dengan mengharamkan Inul tampil di televisi menyanyikan lagu karangannya, sekaligus meminta Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI), agar melarang Inul menyanyikan lagu-lagu mereka.
Dalam surat edaran TAPBR tersebut, juga dinyatakan bahwa air mata Inul, sebagai seorang aset bangsa, pantas untuk dibela, khususnya oleh kaum wanita dan demi cita-cita Ibu Kartini.
Tapi, kata Inul sendiri sebagaimana pernah disampaikan kepada Tabloid SANTRI, sama seperti yang disampaikan Rhoma. “Antara saya dengan Bang Rhoma Irama tidak ada masalah, saya juga sudah menyampaikan permintaan maaf kepada beliau,” katanya.
Kalau, Rhoma dan Inul sudah sama-sama tidak ada masalah, kenapa jusrtu kalangan politisi yang meramaikan? Silahkan simpulkan sendiri.***(Tim SS)

Previous | Index | Next | Print artikel