KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (Pengasuh PP Darussalam Gontor, Ponorogo) :
Terobsesi Memberdayakan Ekonomi Kaum Santri

PP Modern “Darussalam” Gontor, Ponorogo, sekarang berusia 77 tahun. Didirikan pada 9 Oktober 1926 oleh tiga bersaudara: KH Imam Zarkasyi, KH Ahmad Sahal dan KH Zainuddin Fanani. Kini, di tangan anak sulung (dari sepuluh bersaudara) almarhum KH Imam Zakarsyi, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (61 tahun) pesantren kondang ini tidak sekedar berorientasi pada pengkajian kitab-kitab kuning. Bahkan, meluas merambah sektor nyata. Pada 1997 lalu, pernah dilakukan penandatanganan “Piagam Gontor.” Sebuah kesepatakan untuk membangun dan menggalang ekonomi santri, yang di dalamnya telah didukung berbagai ormas Islam lainnya: NU, Al Irsyad, Persis maupun Muhammadiyah. “Penandatanganan Piagam Gontor itu berorientasi pada bisnis murni yang dikelola secara profesional,” ujar KH Abdullah Syukri Zarkasyi, penuh optimistis. Sebab, sebelumnya telah berdiri koperasi “La Tansa” dan beberapa unit usaha lainnya.
Dalam penandatanganan “Piagam Gontor” itu, hadir Menteri Keuangan (kala itu) Mar’ie Muhammad, Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Subiakto Tjakrawerdaya, dan beberapa pengusaha nasional. Berikut wawancara Majalah Ummat yang kemudian ditulis ulang oleh Imam Bukhori untuk Tabloid SANTRI dengan bapak 5 anak alumni Fakultas Bahasa Arab Jurusan Sejarah Universitas Al-Azhar Mesir (1976) yang gemar berolahraga di pagi hari. Petikan lengkapnya:

Bisa diceritakan bagaimana ide pembentukan usaha bersama ekonomi santri itu mulanya?
Itu bermula dari hasil pertemuan saya dengan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad di Jakarta pada Juni lalu. Yang membuahkan hasil untuk membuat suatu gerakan yang dimotori oleh Gontor terhadap pondok-pondok pesantren alumni Gontor dan bukan alumni Gontor. Kemudian, dari situ Menteri Keuangan menyanggupi untuk datang ke Gontor. Nah, kedatangan Menteri Keuangan di Gontor ini, kita harapkan sebagai forum yang monumental. Lalu, dibuatlah kesepakatan pondok-pondok pesantren Gontor dan alumni Gontor yang jumlah 138 pondok pesantren Gontor, bersama-sama dengan pondok pesantren lainnya. Misalnya, BKSPP, KH Ilyas Ruhiyat (NU) juga mendukung, Geys Amar (Al-Irsyad) ikut mendukung, dan beberapa tokoh pesantren lain seperti At-Taqwa (Bekasi), Pondok Persis (KH Latief Mukhtar). Kesepakatan itu, untuk sebuah usaha bersama. Sehingga, dibuatlah lebih dulu semacam kesepakatan dalam rangka usaha kemandirian. Kemandirian ini yang terpenting.

Apa nama piagam itu?
Karena ditandatangani di Gontor, oleh beberapa kyai yang hadir dalam forum itu di antaranya dari alumni Gontor, juga selain Gontor, bersepakat memberinya nama dengan “Piagam Gontor”. Kemudian, selanjutnya akan dibentuk usaha bersama. Dalam hal ini, juga melibatkan PT Bahana Artha Ventura – yang dibawah langsung Departemen Keuangan, Bank Muamalat, Bank Indonesia, BDN, PT Kertanegara Primajaya, Perusahaan Dagang Kudang Kukuh Garut, PT Sarana Yogya Ventura, dan PT Sarana Jabar Ventura.

Siapa yang pertamakali punya ide itu? Lalu, bagaimana ceritanya sampai bisa melibatkan beberapa pengusaha nasional, beberapa Dirut Bank, dan beberapa lembaga ekonomi semacam koperasi lainnya?
Ide itu bermula dari saya. Adapun sampai bisa dilibatkannya kalangan pengusaha lainnya itu karena alumni-alumni Gontor juga banyak yang menekuni bidang ekonomi ini. mereka, dengan beberapa jaringan kerjanya akhirnya ikut melibatkan kalangan pengusaha nasional. Disamping itu, dari Menteri Keuangan sendiri juga ada beberapa pengusaha nasional. Mereka dayang ke Gontor untuk menyaksikan dan mendatangani usaha bersama itu.

Apa usaha bersama itu sama halnya dengan koperasi yang ada selama ini?
Wah, ini lebih dari sekedar koperasi. Ini bisnis murni dan dikelola secara profesional. Meliputi segala bidang usaha apa saja, termasuk koperasi. Koperasi Al-Hilal di Malaysia juga menaruh minat mau bekerjasama dengan usaha yang dikelola Gontor ini. usaha ini meliputi berbagai bidang, antara lain perikanan, peternakan, properti, perdagangan, dan lain-lain.

Apa nama badan usaha bersama itu?
Ya, pokoknya adalah. Cuma belum waktunya dimunculkan sekarang. Namanya masih sedang kita godok sekarang.

Mengenai bentuk konkritnya?
Yang sudah terealisir sekarang antara PP Gontor dengan PT Bahana Artha Ventura, yaitu untuk membuat plasma ayam sebanyak 500.000 ekor, 3.000 ekor sapi. Ini kita kembangkan terus secara bertahap. Kita juga bekerjasama penyembeliham ayam dan sapi dengan transmita di Salatiga. Selain itu, dengan Pondok Pesantren Jawa Barat yang tergabung dalam BKSPP ada 14 macam usaha yang bakal dikembangkan nanti. Seperti peternakan, perikanan, pertanian dan bermacam usaha lainnya.

Keterlibatan masing-masing badan usaha itu, konkritnya?
Masing-masing sudah berjalan sendiri. dalam hal ini, kita melakukan sistem kemitraan. Tehnik operasionalnya, sistem bagi hasil 70% kita (maksudnya pondok pesantren) dan 30% perusahaan yang ikut terlibat di dalamnya. Namun, inipun bertahap secara berangsur-angsur yang akhirnya perusahaan yang terlibat itu sama sekali tidak lagi kita beri hasilnya. Artinya, pada akhir tahun jatuh tempo usaha bersama itu keuntungan 100% milik kita.

Perihal pemasaran bagaimana?
Soal jaringan pasar itu sudah jelas. Pabrik pemotongan ayam dan sapi misalnya, sudah punya pasar yang jelas. Dan mengenai harga, itu kita lindungi jangan sampai rugi. Dijaminlah soal pasar ini.

Kapan mulai operasional lembaga ekonomi independent kaum santri ini?
Lembaga formalnya kita upayakan bisa terbentuk minggu-minggu ini. Tapi secara operasionalnya masing-masing sudah jalan.

Lembaga ekonomi ini independent, tapi kenapa sampai melibatkan pemerintah. Apa tidak khawatir luntur ke-independent-nya?
Hanya untuk mempermudah saja di dalam mendapatkan rekomendasi pencarian dana, melalui PT Bahana Artha Ventura yang di bawah langsung Departemen Keuangan. mereka tidak sampai cawe-cawe dalam hal operasional. Perihal pasar ayam yang dikelola Cina, kita sudah mempelajarinya. Jika bekerjasama dengan Cina bisa rugi. Tapi dengan usaha bersama ini, kita juga akan mengatur soal kesepakatan harga masing-masing usaha. Kalau harga ayam sampai jatuh, misalnya, dalam kesepakatan yang kita tandatangani itu, kita berupaya jangan sampai dirugikan.

Mengenai prospeknya?
Kita optimistis, bagus. Sebab, pemasaran sudah tidak kita pikirkan lagi. Harga pasar sudah dijamin, dan pendapatan pun sudah dijamin. Yang jelas, kita berusaha bisa mengangkat ekonomi kaum santri khususnya dan masyarakat umumnya.

Kenapa disebut-sebut ekonomi santri?
Konkritnya sebenarnya tidak begitu. Tapi, sebuah usaha ekonomi yang dikelola melalui pesantren. Karena, sejak awal perihal kejujuran dalam berusaha sudah kita kendalikan.

Lembaga itu disebut berdiri di atas semua golongan?
Maksudnya, bukan atas nama NU, Muhammadiyah, Golkar, PPP atau PDI. Ini, agar usaha yang kita tangani bisa lebih independent. Tidak memihak pada salah satu golongan.

Lalu, bagaimana dengan golongan non Islam?
Itu bisa saja terjadi. Sebaiknya jangan.. tapi kalau terpaksa, ya tidak apa-apalah. Yang penting bisa menguntungkan kita.

Menurut kyai, apa berarti ekonomi santri sekarang tengah ketinggalan sehingga dibentuk badan independent itu?
Saya kurang tahu, apakah pondok yang lain ketinggalan atau tidak. Tapi, mereka melihat usaha ekonomi Gontor ini kelihatannya lebih siap. Sekarang ini, Gontor memiliki 26 unit usaha, mulai dari apotik, toko buku, kemudian sawah 260 hektar, ada kesehatan, dan banyaklah unit usaha itu yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Bahkan, mempunyai PLPM (Pusat Latihan Manajemen dan Pengembanagn Masyarakat). Kita juga bekerjasama dengan Bappenas, untuk mempersiapkan alumni-alumni Gontor untuk berwiraswasta. Jadi, kita siaplah.***

Previous | Index | Next | Print artikel