Abu Tomang Di Hotel

Pagi-pagi sekali para undangan yang terdiri dari tokoh masyarakat itu sudah memadati suatu hotel berbintang di Jakarta. Tidak biasanya acara semacam ini diadakan di hotel. “Panitia ingin menghormati para tokoh masyarakat yang datang jauh-jauh ke Jakarta.” Kata panitia memberi alasan.
Panitia sibuk sekali. Resepsionis hotel kelihatan tidak berfungsi, karena para tokoh yang kebanyakan para kiai itu tidak ada yang menghampiri deretan muda mudi berpakaian rapi itu. Jadilah para panitia kelabakan melayani para tamu.
“Dik, kamar saya mana? Tanya Abu Tomang
“Nomor berapa kiai?”, tanya salah satu panitia kepada Abu Tomang sambil melirik kertas yang ada ditangan Kiai Abu Tomang.
“Tujuh ratus tiga puluh satu,” Jawab Abu Tomang
Setelah dijelaskan, Abu Tomang tidak juga berangkat ke kamarnya, dia minta diantarkan panitia. Panitia pun terpaksa mengantarkan ke kamarnya yang ada di lantai tujuh lewat lift. Sesampai di depan kamar, panitia membukakan pintu dan mempersilahkan Abu Tomang masuk ke kamar.
Selang beberapa menit di lobb hotel, panitia tadi ditepuk orang dari belakang.
“Dik, saya pindah ke lantai bawah saja, lantai tujuh ketinggian”. Kata orang itu yang ternyata Abu Tomang sudah ada di belakangnya. Dengan sabar panitia itu melayani Abu Tomang yang sudah tua itu.
“Kiai di lantai dua saja”, kata panitia itu kemudian mengantar Abu Tomang ke kamar lantai dua dan setelah itu kembali lagi ke lobb hotel.
Selang beberapa menit lagi, Abu Tomang sudah kembali lagi. “Ada apa lagi kiai,” tanya panitia itu. “Dik, saya sudah pindah dua kali kok lampu kamarnya mati semua. Carikan yang lampu kamarnya menyala,” kata Abu Tomang.
“Oo, jadi kiai pindah tadi karena lampunya mati, mari aku antar ke kamar tadi untuk membetulkan lampunya, “ kata panitia tadi.
Ketika sampai di kamar panitia tadi menyalakan lampu sambil memberikan kursus kilat bagaimana cara menghidupkan lampu kamar hotel. Melihat cara yang sederhana itu, Abu Tomang menimpali, “kalau Cuma begini saya bisa” katanya dengan logat Madura yang kental.

Previous | Index | Next | Print artikel