Pesantren Ketua RMI Tuan Rumah Pertemuan NU-PKB

Ketua Rabithah Maahid Islam – Asosiasi Pondok Pesantren Se Indonesia (RMI), KH A Aziz Masyhuri, terusik juga melihat pertikaian di internal PKB Jombang, yang merupakan kampung halamannya sendiri. Karena itulah, pengasuh Pesantren Al Aziziyah Denanyar, Jombang, itu merasa perlu turun tangan.
Gara-gara kemelut PKB Jombang yang tak berkesudahan, kiai yang tidak sebarapa ‘amper’ dengan aktifitas politik itu, merelakan pesantrennya dijadikan ajang silaturrahim pengurus PAC PKB dan MWC NU se Kabupaten Jombang, Kamis 18 September. Tidak tanggung-tanggung, yang datang dalam acara silaturrahim itu, Ketua Dewan Syuro DPP PKB, KH Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
Kemelut PKB Jombang berawal dari kasus pemilihan bupati dan wakil bupati setempat beberapa waktu lalu. Dalam pemilihan tersebut, DPC PKB tidak mengindahkan keputusan yang ditetapkan DPP PKB. DPC PKB Jombang punya pasangan calon sendiri, dan akhirnya kalah dalam pemilihan tersebut.
Dalam pemilihan, sejumlah anggota FKB yang loyal pada keputusan DPP PKB, memilih membelot, tidak memberikan suara pada pasangan calon yang ditetapkan DPC PKB. Mereka memberikan suara untuk calon lain. Mereka yang tidak loyal pada DPC dan hanya loyal pada DPP itu, dituding mbalelo dan diancam akan dipecat oleh DPC.
Dalam silaturrahim di pesantren asuhan Kiai Azis itu, Gus Dur menjelaskan secara kronologis pangkal perselisihan yang terjadi di PKB Jombang. “Tapi yang paling pokok, karena DPC tidak mengindahkan instruksi DPP,” tegas Gus Dur, serius.
Gus Dur juga menegaskan, rencana pembekuan DPC PKB Jombang akan dibahas dalam rapat pleno DPP PKB tanggal 28 September ini. Setelah menghadiri silaturrahim itu, Gus Dur ke Universitas Darul Ulum untuk acara wisuda mahasiswa. Gus Dur adalah rektor perguruan tinggi yang didirikan almarhum KH Mustain Romli itu.
H Fadlullah Malik, anggota FKB Jombang yang dijuluki pimpinan pembelot, dalam kesempatan itu memberikan sambutan. Fadlullah Malik yang akrab disapa Gus Fad, dalam sambutannya menegaskan, anggota FKB yang dianggap mbalelo oleh pengurus DPC, sebenarnya tidak mbalelo. Bahkan, merekalah yang menyelamatkan instruksi Gus Dur.
“Enam orang termasuk saya yang dianggap mbalelo itu, sebetulnya menyelamatkan dan setia kepada PKB. Sebab menurut AD/ART, bila tidak ada calon yang direkomendasi oleh DPP PKB, maka DPC tidak mempunyai calon. Oleh karena itu, tindakan tidak memilih pasangan calon dari DPC adalah benar. Bahkan tindakan DPC yang memecat saya, tidak benar dan ini menyalahi aturan,” tegas Gus Fad. (mus)

Previous | Index | Next | Print artikel