Ghaib di tanah suci sejak musim haji

Musim haji sudah lewat setengah tahun, tapi masih ada seorang jemaah haji Indonesia kesingsal di tanah suci. Dia bukanlah orang desa yang buta huruf, tapi seorang dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa), pengajar mata kuliah kimia.
Nama jemaah itu Suharman, umur 64 tahun. Ciri-ciri fisiknya, kepala botak dan hidungnya mancung. Dia masuk dalam rombongan kloter 37 Embarkasi Juanda, Surabaya.
Karena hingga kini belum ditemukan dan tidak jelas nasibnya, masih hidup atau sudah mati, maka Suharman dinyatakan ghaib. Pernyataan itu secara resmi dikeluarkan Pemerintah Indonesia melalui surat Departemen Agama nomor DT.I.V/6/Hj.04/3640/2003, tanggal 18 Juli 2003. Dalam surat itu dinyatakan, Suharman belum ditemukan dan masih terus diadakan pencarian.
Banyak spekulasi berkembang seputar ghaibnya Suharman.
Ada yang menduga, Suharman sudah meninggal dunia. Namun, dugaan ini meragukan karena tak satupun orang berani bersaksi bahwa Suharman telah meninggal. Selain itu, tak satupun rumah sakit di Makkah menangani jenazah laki-laki bernama Suharman dari Surabaya.
Di Makkah, jemaah haji yang meninggal karena sebab apapun, akan ditangani Rumah Sakit Al Zaher. Rumah sakit khusus jemaah haji ini mencatat secara lengkap, detil dan rinci identitas jenazah yang dirawat di rumah sakit bertaraf internasional itu. Sedangkan nama Suharman, tak pernah tercatat di rumah sakit ini.
Ada juga yang menduga, lelaki kelahiran Situbondo, 24 Agustus 1939 itu, sengaja menghilang karena ingin bermukim di tanah suci. Namun, spekulasi ini terbantah, karena jika ini yang diinginkan, pasti yang bersangkutan akan memberitahu anak dan istrinya di Surabaya, atau koleganya di Unesa. Sementara, Suharman tak pernah kirim kabar secuilpun, pada siapapun.
Mungkinkah Suharman ditangkap Polisi Saudi? Ternyata juga tidak. Keluarga maupun Pemerintah Indonesia yang menanyakan secara resmi mengenai keberadaan Suharman ke Kantor Polisi Saudi, memperoleh jawaban, bahwa jemaah haji Indonesia bernama Suharman, tidak pernah berurusan dengan Polisi Kerajaan Saudi.
Suharman mendadak hilang, setelah dirawat di Rumah Sakit Ajiziah, Makkah, karena mengalami depresi. Dia meninggalkan rumah sakit 28 Februari 2003, tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit. Sejak itulah, pemegang paspor haji nomor 13063568 Embarkasi Juanda Surabaya itu tidak jelas nasibnya.
Murah senyum
Ghaibnya Suharman membuat kampus Universitas Negeri Suarabaya, terutama di Fakultas MIPA Jurusan Kimia tempatnya mengajar, masih berselimut duka.
Rona kesedihan tampak jelas di wajah Sekretaris Jurusan Kimia, Harun Nashrudin MS, saat ditanya mengenai kabar Suharman. "Jangan wawancarai saya tentang Pak Suharman," pinta Nashruddin kepada Suara Santri yang menemuinya.
Sekretaris Jurusan Kimia itu kemudian menyodorkan selembar surat dari Departemen Agama kepada Suara Santri. Isinya, menjelaskan, bahwa Suharman hingga kini belum ditemukan.
Ketua Jurusan Kimia, Drs Bambang Sugiarto MPd, juga tidak bersedia menjelaskan nasib koleganya yang ghaib di tanah suci itu. Bambang hanya menjelaskan, tugas mengajar Suharman dilimpahkan ke dosen lain.
Sejumlah mahasiswa jurusan kimiai yang hendak diwisuda tahun ini, sedang berkumpul di Gedung C2 Unesa, mendadak muram ketika Suara Santri bertanya tentang Suharman, dosen mereka yang tak jelas nasibnya.
"Bapak Suharman adalah dosen senior dan sesepuh di sini. Satu tahun lagi Bapak pensiun, semua orang menghormati beliau. Kami merasa sangat kehilangan," kata salah satu mahasiswa Suharman.
"Beberapa waktu lalu, kami dan teman-teman mengadakan doa bersama untuk Bapak Suharman," lanjut mahasiswa kimia yang lain.
"Pak Suharman sabar, penuh canda, tidak pernah berkata kasar sedikitpun kepada mahasiswa, dan selalu tersenyum kepada siapa saja," kenang seorang mahasiswa kimia.
"Kesan saya yang sangat dalam, Bapak Suharman tidak pernah membentak-bentak, dan suka bercanda dengan mahasiswa," kenang mahasiswa lain yang juga akan lulus tahun ini.
"Kadang-kadang beliau bercanda, he,......anak Ponorogo....... ayo,....masak nggak bisa," ucapnya menirukan gaya bicara Suharman. Selanjutnya, terlihat rona kesedihan di wajah mahasiswa itu, lantaran mengenang dosennya yang ghaib di tanah suci hingga kini.
(nok/im)

Previous | Index | Next | Print artikel