Hudzaifah Al-Yamani ; Peletak Dasar Kesufian
Orang yang pertama kali berfilsafat dalam urusan agama dan yang membuat thariqah khusus untuknya adalah Hudzaifah Al-Yamani, salah seorang sahabat besar Nabi Muhammad SAW yang terkenal.
Pernah dikatakan kepadanya, “Kami perhatikan Tuan membicarakan masalah yang belum pernah kami dengar dari sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain. Dari mana Tuan memperlajarinya?”.
Ia menjawab, “Rasulullah SAW mengkhususkan aku dalam ilmu itu. Dahulu, orang-orang bertanya kepada beliau tentang kebaikan, sedangkan aku selalu bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena aku khawatir akan terjerumus kedalam kejahatan itu”.
Di dalam riwayat yang lain dia mengatakan: “Aku tahu bahwa orang yang tidak mengenal kejahatan tidak akan mengenal kebaikan”.
Ada juga riwayat yang menceritakan, bahwa dahulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa pahala orang yang mengewrjakan ini dan itu?” Mereka menanyakan tentang keutamaan amal, sedangkan aku menanyakan kepada beliau tentang apa-apa yang merusak amal. Ketika beliau mengetahui minatku yang demikian, beliau mengkhususkan aku dengan ilmu itu”.
Abu Thalib Al-Maliki berkata, “Hudzaifah adalah satu-satunya sahabat yang khusus diberi pelajaran oleh Nabi SAW tentang kemunafikan dan orang-orang yang munafik, serta ilmu-ilmu tentang batin, hati. Karena keadaannya yang demikian, Umar bin Khattab ra, tidak mau menshalati jenazah jika Hudzaifah tidak menshalatinya”.
Hudzaifah mempunyai kelompok belajar sendiri diantara para sahabat Nabi. Diantaranya adalah Washibah, salah seorang ahli hadits yang terkenal. Hudzaifah ingin mengetahui segala hal yang baik maupun yang buruk.
Dia berkata, “Saya ingin tidak membiarkan suatu kebaikan dan kejelekan pun kecuali saya mengetahuinya. Oleh karena itu, saya pergi kepada Rasulullah SAW untuk menanyakan masalah-masalah tersebut. Saya berkata kepada orang-orang yang mengelilingi beliau, biarkan saya mendekati Rasulullah, sebab beliau adalah orang yang paling saya cintai”.
Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya: “Apakah perlu aku beritahukan kepadamu maksud kedatanganmu ini?”
Dia menjawab : “Beritahukanlah kepadaku, ya Rasulullah”.
Kemudian Rasulullah berkata: “Engkau akan bertanya kepadaku tentang kebaikan dan keburukan, bukan?”.
“Benar, ya Rasulullah”, jawabnya.
Kemudian Rasulullah SAW menepuk dadanya sambil berkata, Mintalah pendapat dari hatimu sendiri, mintalah pendapat dari jiwamu. Kebajikan itu adalah bila hati tenteram atasnya, sedangkan keburukan dan dosa adalah sebaliknya. Dalam hal ini, kau harus berpegang teguh kepada isi hatimu, sekalipun orang-orang memberikan pendapat mereka kepadamu”.
Kemudian hadits ini oleh para ulama’ dijadikan sebagai salah satu asas yang pokok dalam batasan-batasan kesufian. Sebab sebagian besar pusaka mereka adalah berdasarkan kata hati tersebut. Namun, kelompok belajar Hudzaifah ini sangat sederhana sekali, sehingga tidak memberikan pengaruh yang membekas dalam ilmu pengetahuan seperti yang diberikan oleh para sufi pada abad kedua. Walaupun begitu, pengaruhnya muncul dimasa-masa selanjutnya, yaitu dimasa muridnya yang terkenal, Hasan Al-Bashri.