Menyambut Ajal (Bag. 1)


Rasulullah saw, bersabda: “Barang siapa senang untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah akan senang berjumpa dengannya; dan barang siapa yang enggan untuk berjumpa dengan Allah maka Allah akan enggan berjumpa dengannya”
Yang dimaksud dengan kata “senang” dalam hadits diatas ialah, apabila orang mukmin akan dicabut nyawanya, maka ia memperoleh khabar gembira (dari Malaikat) tentang keridlaan dan syurga Allah, sehingga ia merasa lebih senang mati dari pada hidup di dunia. Dan Allah pun juga senang menemuinya, yaitu dengan melimpahkan anugerah kepadanya. Sedangkan yang dimaksud “enggan” dalam hadits tersebut ialah, manakala orang kafir akan dicabut nyawanya, maka akan diperlihatkan kepadanya ancaman siksaan yang akan menimpa dirinya. Ia menangis, menyesali kesesatannya dan enggan untuk mati, maka Allah juga enggan menjumpainya. Maksudnya Allah akan menjauhkannya dari rahmat-Nya dan akan menyiksanya.
Ats-Tsauri berkata: “Yang dimaksud senang untuk berjumpa dengan Allah dalam hadits tersebut bukan merupakan sebab bagi “senang”nya Allah kepada mereka, dan bukan pula keengganan mereka merupakan sebab bagi “enggan”nya Allah. Akan tetapi maksud dari hadits tersebut adalah memberi penjelasan atas keadaan mereka dimana mereka senang berjumpa dengan Allah ketika Allah “senang” berjumpa dengan mereka”. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita rasa senang berjumpa dengan Allah SWT. (Amin)
Rasulullah SAW bersabda: “Perkiraan berat dan penderitaan mati bagi orang mukmin itu adalah seperti perkiraan 300 pukulan dengan pedang”.
Al-Faqih berkata : “Barang siapa yang merasa yakin dan mengetahui bahwa kematian pasti akan datang kepadanya, maka ia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dengan selalu mengerjakan amal perbuatan yang baik dan menjauhi amal perbuatan yang buruk, karena seseorang tidak tahu kapan mati akan datang kepadanya”. Rasulullah SAW menjelaskan penderitaan dan susahnya saat kematian sebagai nasehat kepada umatnya agar mempersiapkan diri untuk mati dan sabar dengan penderitaan dunia, karena sabar atas penderitaan dunia itu lebih ringan dari pada penderitaan mati, dan penderitaan mati termasuk siksa akhirat, dan siksa akhirat itu lebih berat dari siksaan dunia.
Ja’far bin Burqon meriwayatkan dari Maimun bin Mahron, bahwa Nabi SAW bersabda kepada seseorang sewaktu beliau memberi nasehat kepadanya: “Pergunakanlah dengan baik lima hal sebelum datangnya lima hal yang lain, yaitu; 1. Masa mudamu sebelum masa tuamu, 2. Sehatmu sebelum sakitmu, 3. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, 4. Kayamu sebelum miskinmu, dan 5. Hidupmu sebelum matimu”.
Rasulullah SAW menghimpun pengetahuan yang banyak sekali dalam lima hal tersebut. Hal yang pertama, masa muda sebelum masa tua, karena pada masa muda seseorang mampu untuk mengerjakan banyak amal perbuatan yang dia tidak akan mampu mengerjakannya pada masa tuanya. Apabila seseorang diwaktu mudanya terbiasa untuk mengerjakan maksiat, maka ia akan sulit untuk menghentikannya dimasa tuanya. Maka sangatlah penting bagi seseorang diwaktu mudanya untuk membiasakan diri mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik agar nanti dimasa tuanya akan mudah dan terbiasa.
Hal kedua, mempergunakan masa sehat sebelum sakit, karena seseorang yang sehat dapat menguasai dirinya secara penuh baik dalam urusan harta maupun kekuatan fisik. Maka sangatlah penting bagi seseorang yang sehat untuk memanfaatkan kesehatannya dengan sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal-amal sholeh baik yang berkaitan dengan harta maupun kekuatan fisik. Karena apabila ia sakit, maka badannya akan lemah untuk beribadah kepada Allah dan kekuasaan terhadap hartanya sangat terbatas kecuali hanya dalam kira-kira sepertiga dari kekayaannya.
Hal yang ketiga, waktu luang sebelum sibuk, maksudnya di malam hari banyak waktu luang dan di siang hari banyak kesibukan, maka sangatlah penting bagi seseorang untuk melakukan sholat di malam hari, saat ia mendapatkan waktu luang.
Hal keempat, kaya sebelum miskin, maksudnya adalah hendaknya seseorang merasa puas dengan rizki yang dikaruniakan Allah kepadanya, maka pergunakanlah rizki itu dengan sebaik-baiknya, dan janganlah ia rakus terhadap rizki yang dikaruniakan kepada orang lain.
Hal kelima, hidup sebelum mati, maksudnya adalah hendaknya seseorang sewaktu hidup beramal sebanyak-banyaknya karena apabila sudah mati semua amal perbuatannya terputus. Maka sangatlah penting bagi seseorang untuk tidak menyia-nyiakan hari-harinya tetapi memanfaatkan hari-harinya untuk mengerjakan amal-amal yang baik. (m.muslih albaroni)

Previous | Index | Next | Print artikel