Mencari Ridho Allah

Beberapa ulama mengatakan, makna serangan bunuh diri dengan memilah-milah motivasi yang melatar belakanginya. Dilakukan sebagai tindakan keputusan atau sebaliknya, semata-mata karena motivasi agama. Istilah serangan bunuh diri lebih sering dimaknai sebagai tindakan akibat keputusasaan, karena kegagalan. Sedangkan dalam pengertian fiqih, bunuh diri yang dilakukan untuk mendapatkan keridhaan Allah disebut dengan istisyhad, yaitu bentuk kepahlawanan yang didukung mayoritas ulama Islam sebagai bentuk jihad yang paling utama. Dengan demikian, bom istisyhad, adalah bom yang mengantarkannya kepada kematian fisabilillah.
Menurut psikolog, ada perbedaan besar antara bunuh diri dengan apa yang biasa dinamakan dengan amaliyah istisyhadiyah (aksi meraih syahid ). Perbedaan itu ada pada kenyataan, bahwa orang yang bunuh diri melihat kematian sebagai target dan keinginannya lepas dari penderitaan hidup. Sementara yang menjadi faktor pendorong pelaku aksi syahid, justru untuk mewujudkan kemuliaan hidup bagi orang selain dirinya. Pelaku aksi syahid juga melihat aksi yang mereka lakukan sebagai kesempatan satu-satunya untuk mengubah kondisi buruk yang dialami bangsanya.
Yusuf Qardawi menyatakan, serangan bom istisyhad adalah metode jihad yang paling tinggi dan agung. Karena menjalankan ayat, ”Dari (sebagian) manusia ada yang menjual jiwanya untuk mencari ridha Allah.” Meledakkan diri bersama musuh tidak berbeda dengan serbuan Hamzah dan para sahabat ketika menyerbu pasukan Quraisy di medan Badar, Uhud, Khandak dan sebagainya.
Dilihat dari jumlah, senjata, keterampilan dan lainnya, tentu mereka sangat lemah.Peristiwa ini sering dijadikan analogi untuk melakukan jihad dengan serangan bunuh diri. Namun, ada sebagian ulama berpendapat berbeda. Serangan bunuh diri dengan bom atau alat lain, sekalipun mengakibatkan musuh itu terbunuh dan ada kesengajaan membunuh diri, sama dengan bunuh diri biasa. Karena itu, hukumnya haram, sehingga sama sekali tidak dapat dikatagorikan mati syadid.
Yang dibenarkan oleh Islam adalah terbunuh sebagai dampak serangan terhadap musuh di dalam perang sabilillah. Karena itu, Syeikh Al-Azhar di Kairo, seorang tokoh muslim yang sangat berpengaruh saat ini dan Mohammad Sayed Tantowi dari Universitas Al-Azhar mengecam aksi bom bunuh diri itu.
Namun, H. Mu’ammal Hamidy mengatakan, bahwa perjuangan menegakkan kalimatullaah itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Di kalangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan zaman Belanda, ada istilah mati di atas laras dan bambu runcing. “Saya tidak hendak mengatakan, apa yang dilakukan para pejuang itu sebagai bunuh diri. Melainkan, bahwa perjuangan menegakkan agama itu bisa dilakukan dengan berbagai cara,” tandas mantan Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Jawa Timur ini.***(IB)

Previous | Index | Next | Print artikel