Mengapa ada bom bunuh diri?

Aksi bom bunuh diri, akhir-akhir ini semakin sering terjadi dan. memunculkan pro-kontra. Lebih-lebih lagi, Amerika menuding, Islam berada di balik sejumlah aksi teroris. Ironisnya, sebagian besar negara-negara di dunia (tidak terkecuali negara yang mayoritas berpenduduk muslim), terkesan mengamini tudingan itu.***

AKSI terorisme dengan menggunakan metode bom bunuh diri menjadi fenomena mencolok dalam satu tahun terakhir ini. Model ini memasuki tahap yang cukup menakutkan masyarakat dunia. Dulu, aksi bom bunuh diri hanya dikenal dalam khalayak Timur Tengah. Biasanya, yang jadi sasaran aksi adalah satu wilayah komunitas Israel dan sekutunya.
Tapi belakangan, aksi bom bunuh diri sudah menjamah Indonesia. Ini menjadi menarik dan merupakan fenomena tersendiri. Mengapa? Adalah aksi bom bunuh diri di Paddy’s Club, Bali setahun lalu yang kemudian menjadi perhatian dunia (lebih-lebih Amerika Sekerikat) hingga sekarang. Dan yang terakhir, aksi bom bunuh diri di Hotel Marriott, Jakarta, 5 Agustus lalu.
Bom bunuh diri di beberapa negara tiga bulan terakhir ini, sungguh mengerikan. Sebab ternyata, diantara pelakunya adalah, dua perempuan seperti yang terjadi di Bandara Tushino, Moskow, Rusia. Ia melakukan bom bunuh diri di tempat penjualan tiket di pintu masuk bandara pada konser terbuka yang dipadati pengunjung. Akibatnya, 20 orang tewas dan 22 lainnya luka parah. Di Riyadh, Arab Saudi, 29 tewas dan 194 luka-luka dalam tiga aksi bom bunuh diri, termasuk sembilan pelaku peledakan bom.
Aksi bom bunuh diri lain juga sering terjadi di Israel dan pos-pos militer tentara AS. Seperti bom bunuh diri yang meledak di pos pemeriksaan militer di Hotel Palestina , Baghdad , Iraq. Dalam ledakan tersebut empat orang tewas. Bom bunuh diri juga menjalar ke Turki dan Maroko. Terakhir bom bunuh diri di kantor PBB di Iraq dan menewaskan 24 orang.

Hizbullah
Bom bunuh diri pertamakali dalam sejarah abad ke-20 dipelopri kelompok Hisbullah. Dari sinilah dimulai babak baru yang dihembuskan (kalangan Amerika Serikat dan sekutunya) sebagai terorisme internasional. Hizbullah mengemas aksi bom bunuh diri itu dengan interprestasi pembelan agama , jihad dan syadid. Dari Hizbullah inilah lahir pengebom-pengebom bunuh diri kelas satu.
Dalam sejarah Indonesia, serangan aksi bunuh diri pernah terjadi pada 1900-an saat pasukan Belanda menumpas perlawanan bersenjata ulama Aceh. Belanda menyebutkan Aceh Moord. Yakni bunuh diri ala Aceh. Modusnya, mereka nekat membunuh orang Belanda, walaupun disadari, bahwa dia juga akan mati saat itu.
Bom bunuh diri paling heroik dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia pada 1945 dilakukan oleh Muhammad Toha di Bandung Selatan dengan meledakkan dirinya di gudang mesiu demi melemahkan kekuatan Belanda. Peristiwa ini yang dikenal dengan “Bandung Lautan Api.”

Nasionalisme Dibalut Agama
Masyarakat umum memahami serangan bom bunuh diri sebagai tindakan yang dimotivasi ajaran agama tertentu. Hal ini dapat dimaklumi. Sebab, akhir-akhir ini berita yang berkembang di publik sebagian besar pelaku bom bunuh diri adalah orang Islam. Tetapi kalau dicermati lebih dalam, bom bunuh diri bukanlah tindakan mengatasnamakan agama, tetapi justru disebabkan oleh faktor nasionalisme.
Data internasional menyebutkan, bahwa peristiwa bom bunuh diri hingga tahun 2000 menunjukan, urutan pertama dilakukan pasukan Macan Tamil, yang berperang untuk memisahkan diri dari Sri lanka.
Di urutan kedua kelompok Hamas. Kelompok ini berjuang demi suatu negara Palestina. Tidak berbeda dengan Macan Tamil, nasionalisme menjadi motor utama yang membuat mereka rela mengorbankan jiwanya. Nasionalisme Hamas dibalut dengan unsur jihad dan syahid dalam interpretasi radikal. Hal serupa juga terjadi di Afhganistan. Nasionalisme tumpah menjadi darah dan diinterpretasikan dari sisi agama , hingga perlawanan berubah menjadi perang melawan kaum kafir.
***(IB)

Previous | Index | Next | Print artikel