Aroma Ruswah Disekitar Pilgub Jatim

Pilihan Gubernur Jawa Timur disinyalir berbau suap (ruswah). Tidak cuma anggota dewan pendukung calon yang saling sikat dan sikut, demi mendapatkan sesuatu paling banyak. Mereka pun, sudah kalap dan sampai lupa dengan induk partainya.***

Saat makin mendekatnya Pilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim), sesuai rencana 17 Juli 2003, suasana Gedung DPRD di Jalan Indrapura Surabaya makin menghangat. Lebih-lebih setelah kandidatnya mengerucut menjadi dua pasangan (calon gubernur dan calon wakil gubernur) : Imam Utomo - Soenarjo dan Abdul Kahfi - Ridwan Hisyam. Bisa dipastikan, suasana Pilgub makin lebih seru. Karena, keduanya mempunyai kubu pendukung yang nyaris sama kuatnya. Paling tidak begitulah suasananya, jika sekiranya Fraksi TNI/Polri lebih memilih abstain.
Mengapa? Dilihat dari peta kekuatan kubu masing-masing, Imam Utomo – Soenarjo yang didukung Fraksi PDI-P plus Fraksi Gabungan dan Abdul Kahfi – Ridwan Hisjam yang didukung Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Partai Golkar, keduanya hanya terpaut 2 suara (46 : 44). Di atas angin, Imam Utomo – Soenarjo lebih unggul. Prediksi kemenangan Imam Utomo Soenarjo ini dapat dilihat dari jumlah FPDIP 31 kursi dan FGab 15 kursi. Sedang pasangan Abdul Kahfi – Ridwan Hisjam memiliki dukungan FKB 32 kursi dan FPGolkar 12 kursi. Sedang 10 kursi FTNI/Polri tidak dihitung, karena dianggap abstain.
Akan tetapi, siapa bisa sangka kenyataan yang terjadi di lapangan. Apalagi, bila sudah dikaitkan dengan adanya isu ruswah (suap). Toh, dari kelakar yang terjadi di hari-hari menjelang Pilgub Jatim ini diantara kalangan sesama anggota DPRD Jatim maupun wartawan yang ngepos di Gedung DPRD Jatim, hampir tidak pernah lepas dari guyonan dan gojlokan soal angpau, hadiah, sauvenir (atau apalah namanya) dari masing-masing kandidat. Sungguh memprihatinkan. Tapi, itulah kenyataan suasananya yang terjadi menjelang perhelatan Pilgub Jatim.
Dikabarkan, ada salahsatu kubu calon gubernur yang mencoba untuk membeli suara anggota dewan dari FPDIP. Bahkan, untuk mendapatkan suara anggota fraksi ini, kubu calon gubernur tersebut rela mengeluarkan uang miliaran rupiah untuk setiap suara.
Dari kasak-kusuk yang terjadi menyebutkan, bahwa upaya pembelian suara anggota FPDIP ini dilakukan oleh salahseorang Ketua Fraksi di DPRD Jatim. Cuma belum jelas, apakah kabar tersebut adalah kenyataan atau hanya sebuah manuver politik salahsatu kubu pendukung calon gubernur.
Namun demikian, rumor adanya upaya pembelian suara anggota FPDIP ini (setidaknya) dibenarkan Wakil Ketua FPDIP Luweh Soepomo. Kepada wartawan, sesepuh FPDIP DPRD Jatim ini mengaku, pernah mendapatkan laporan soal upaya pembelian suara anggota fraksinya. “Memang, saya menerima laporan adanya upaya untuk mempengaruhi anggota FPDIP pada pemilihan gubernur nanti,” katanya. Padahal, lanjut Soepomo, DPP PDIP telah jelas-jelas menunjuk Imam Utomo sebagai calon gubernur Jatim. “Dengan sendirinya seluruh anggota fraksi wajib mengamankan keputusan DPP tersebut,” tandasnya.
Masih kata Soepomo, bahwa sampai saat ini sudah ada beberapa anggota yang sudah didekati kubu seteru Imam Utomo. “Ada empat anggota fraksi yang sudah mulai didekati,” katanya. Sayangnya, ia tidak bersedia mengatakan keempat anggota FPDIP tersebut dan siapa yang mendekati.
Yang jelas, katanya lagi, upaya kubu seteru Imam Utomo ini langsung diantisipasi oleh DPD PDIP Jatim. “DPD langsung memberikan surat edaran kepada seluruh anggota fraksi,” katanya. Dalam surat edaran tersebut, kata Soepomo, DPD memerintahkan setiap anggota fraksi untuk tidak meninggalkan Kota Surabaya hingga pemilihan gubernur berlangsung 17 Juli mendatang.
Lantas bagaimana pendapat kubu seteru Imam Utomo? Ketua FPGolkar Edy Wahyudi dengan tegas menyangkal isu upaya penyuapan tersebut. Menurutnya, isu tersebut hanyalah suatu bentuk manuver dari seterunya. “Isu tersebut adalah suatu upaya untuk memecah belah kesolidan kubu Kahfi-Ridwan,” katanya. Sebab, kata Edy, kubunya sama sekali belum pernah melakukan upaya untuk membeli suara anggota fraksi lain. Apalagi sampai mengiming-ngiming uang miliaran rupiah. “Saya sendiri nggak tahu apa maksud orang yang menyebarkan isu tersebut,” tandasnya.

Politik Kacang Lupa Kulit
Aroma suap menjelang Pilgub Jatim ini ternyata merebak hingga di luar jauh gedung DPRD Jatim. Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jatim Rofi’ Munawar, Lc, misalnya, mengaku pernah didatangi tim sukses salahsatu calon gubernur. Ia terkejut bukan kepalang. “Apa maunya ya, ‘kok sampai datang ke sekretariat mencari saya. Padahal, PKS tidak punya kursi di DPRD Jatim,” akunya terheran-heran. “Eh, tidak tahunya…., ujung-ujungnya partai kami diminta untuk tidak berkomentar soal pemilihan gubernur,” tandas Rofi’ tanpa mau menyebut nama orang utusan salahsatu calon gubernur yang datang di sekretariat PKS Jatim itu.
Menariknya lagi, justru kalangan anggota DPRD Jatim yang sampai cawe-cawe turun tangan daam polemik dukungan bursa calon gubernur ini. FGabungan DPRD Jatim, misalnya, akhirnya turun tangan menyelesaikan polemik antara Achmad Rubaie dkk (anggota FGab dari PAN) dengan Ketua DPW PAN Jatim, Sulthon Amien. FGab akan mengundang Sulthon untuk melakukan pembicaraan masalah tersebut. FGab berharap, agar Sulthon bisa mengerti bahwa dukungan terhadap Imam Utomo itu merupakan keputusan institusi fraksi yang sudah lama dikomunikasikan. “Lho, keputusan ‘kok tidak dikonsultasikan ke induk partainya lebih dulu,” kata seorang fungsionaris DPW PAN Jatim pendukung Sulthon Amien.
Tapi, ibarat kacang sudah lupa kulitnya. FGab pun ngotot hendak menyelesaikan polemik Rubaie dengan Sulthon Amien ini secara institusi fraksi. Para anggota dewan ini sudah lupa, bila yang mengantar dirinya bisa duduk manis di kursi dewan itu parpolnya. “Polemik antara Pak Rubaie dengan Pak Sulthon Amien itu sudah menyangkut kebijakan FGab. Karena itu, kami memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini secara institusi pula,” kata anggota FGab, RPA Mudjahid Anshori.
Seperti diberitakan, Rubaie sempat kebakaran jenggot ketika Sulthon Amien secara terang-terangan mengantarkan Abdul Kahfi - Ridwan Hisjam melakukan ‘sowan politik’ kepada Amien Rais belum lama ini. Apalagi pasca pertemuan itu, Abdul Kahfi – Ridwan Hisjam mengklaim, bahwa Amien Rais memberikan restu untuk pencalonan keduanya. Padahal, anggota PAN di DPRD Jatim yang tergabung dalam FGab sudah menyatakan diri sebagai pendukung Imam Utomo.
Mudjahid menilai, bahwa permasalahan semacam ini sudah masuk dalam lingkup kepentingan dan kebijakan fraksi, bukan hanya pribadi Rubaie. Sebab, keputusan anggota PAN di FGab untuk mendukung Imam Utomo itu juga muncul dari komunikasi yang dibangun di internal fraksi. Dan proses memutuskan dukungan itu dibangun sudah sangat lama.
“Lebih dari dua tahun lalu, proses merumuskan dukungan ini sudah mulai dibicarakan, untuk merubahnya, itu jelas tidak mudah. Saya melihat polemik antara Pak Rubaie dengan Pak Sulthon itu hanya terjadi akibat kurangnya komunikasi saja,” kata Mudjahid.
Ya, beginilah perilaku politik “kacang lupa kulit.” Dan yang pasti, salahsatu diantara kedua kelompok yang berseteru dan saling ngotot mempertahankan ego masing-masing, sudah bisa dipastikan, telah mendapatkan “sesuatu” dari calon masing-masing. Bukankah begitu adanya?***(IB/Sct)

Previous | Index | Next | Print artikel