Mereka Berburu Sorga
Bom bunuh diri, belakangan populer di tanah air, tepatnya setelah Imam Samudra Cs beraksi meledakkan Legian, Kuta, Bali 12 Oktober 2002. Popularits bom bunuh diri semakin marak, setelah Asmar, yang konon juga komplotan Samudra Cs, beraksi meledakkan JW Marriott Hotel Jakarta, 5 Agustus 2003.
Sebelum komplotan Samudra beraksi, bom bunuh diri hanya dikenal di luar negeri, terutama di negara-negara Timur Tengah. Itupun, pada umumnya hanya terjadi di negara yang sedang dilanda perang.
Motivasi melakukan bom bunuh diri, biasanya si pengebom berburu mati syahid, yakni kematian mulia yang dijamin masuk sorga tanpa hisab. Pelaku bom bunuh diri yakin kematiannya sebagai syuhadak, karena yang dilakukannya untuk memperjuangkan agama Allah.
Benarkah yang dilakukan Imam Samudra Cs adalah perbuatan mulia, yang dijamin masuk sorga apabila mereka menemui ajal? Memang masih menjadi perdebatan panjang dan pro kontra para ahli fiqh. Para ulama lintas golongan belum ada kata sepakat mengenai hal ini. Tapi, ada baiknya disimak, tindakan yang dilakukan Samudra Cs berikut akibat serta pendapat para pimpinan Islam mengenai aksi tersebut.
BOM BALI
Abdul Azis alias Imam Samudra, umur 33 tahun, asal Serang, Jawa Barat, adalah koordinator aksi bom bunuh diri di tiga tempat di Bali itu. Yang bertindak sebagai operator lapangan dan penyedia bahan peledak, masing-masing tiga pemuda bersaudara asal Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur. Ketiganya adalah, Ali Ghufron alias Mukhlas (43) dan dua adiknya, Amrozi (41) dan Ali Imron alias Ale (30). Masih ada sejumlah pemuda yang terlibat aksi ini.
Hasil investigasi polisi menunjukkan, Iqbal, seorang anggota komplotan Samudra, tewas dalam peristiwa pengeboman yang menggegerkan dunia itu. Iqbal tewas bersamaan dengan meledaknya bom di Pady’s Cafe, tubuhnya hancur berkeping-keping. Iqbal sengaja mencari kematian dengan cara meledakkan bom yang dipasang di tubuhnya.
Akibat tiga bom tersebut sangat dahsyat, 202 orang, kebanyakan warga Australia, tewas, 161 orang luka-luka dan 513 bangunan, rusak. Sedemikian dahsyatnya bom buatan Samudra Cs, getaraannya terasa hingga radius 20 kilo meter.
Dari mana mereka mendapat biaya pembuatan bom berikut operasionalnya? Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, terungkap, dana pengeboman berdalih memerangi orang kafir itu didapat dari merampok toko emas di Serang, Jawa Barat.
Hasil investigasi polisi menunjukkan, Imam Samudra Cs berhubungan erat dengan Jamaah Islamiah (JI) pimpinan Abu Bakar Ba’asyir, merupakan jaringan Al Qaeda Asia Tenggara pimpinan Hambali yang entah ada di mana orangnya.
Pengadilan Negeri Denpasar, 10 September lalu, menjatuhkan vonis hukuman mati pada Imam Samudra. Hukuman mati juga dijatuhkan pada Amrozi, Ali Ghufron dan Ali Imron pada sidang sebelumnya. Sebenarnya, Ali Imron ‘hanya’ dituntut 20 tahun penjara, namun hakim akhirnya memutus, mengganjar hukuman mati pada adik Amrozi itu.
Bahwa para pengebom itu berburu mati syahid dan yakin perbuatannya kelak bakal diganjar surga, setidaknya bisa dilihat dari perilaku mereka, baik saat di tahanan maupun di pengadilan. Tidak satupun dari mereka memperlihatkan penyesalan atau kesedihan atas vonis berat tersebut. Kalau Ali Imron tiba-tiba menangis saat jaksa menuntut hukuman 20 tahun, itu karena si Ali menganggap, tuntutan itu terlalu ringan. Sebab, dua kakaknya, Ali Ghufron dan Amrozi serta Imam Samudra, telah dijatuhi hukuman mati. Dan, saat hakim menjatuhkan vonis yang berbeda dengan tuntutan jaksa, yakni vonis hukuman mati, Ali Imron mendadak tersenyum lebar, seraya meneriakkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Perilaku gembira dijatuhi hukuman mati diperlihatkan secara mencolok oleh Amrozi. Lelaki yang suka kawin cerai itu cengengesan. Tepat saat hakim ketua, I Made Karna SH, mengucapkan kalimat, “Terdakwa dijatuhi hukuman mati,” Amrozi langsung mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi. Dia kemudian menunjukkan dua jempolnya. Amrozi juga ikut-ikutan penonton sidang yang bersorak riuh kegirangan mendengar putusan hakim untuk dirinya. Para penonton sidang pada hari kamis, 7 Agustus itu, sebagian besar keluarga para korban bom Amrozi yang datang dari berbagai negara.
Lain lagi Imam Samudra. Jauh sebelum diadili, lelaki bermata tajam itu berkirim surat pada istrinya. Diantara isinya, berbunyi, “Percayalah, abi (bakal mati) syahid.” Saat dijatuhi hukuman mati 10 September lalu, ia langsung berteriak, “Allahu Akbar,…Allahu Akbar,” seraya mengangkat genggamannya. Sedangkan, Ali Ghufron, kepada jaksa mengucap terima kasih saat jaksa baru menuntutnya agar dijatuhi hukuman mati.
Yang jelas, beberapa hari setelah Samudra Cs meledakkan bom Bali, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr H Syafii Maarif dan pimpinan ormas Islam yang lain, menyatakan, aksi pengeboman itu tidak ada hubungannya dengan Islam dan perjuangan Islam. Pimpinan ormas Islam tersebut kemudian mendesak pemerintah agar segera menangkap pelaku pengeboman dan menghukum sesuai perbuatan mereka.
BOM MARRIOTT
Setelah bom Bali, dunia kembali dikagetkan bunuh diri di JW Marriot Hotel, Jakarta, 5 Agustus 2003. Polisi menemukan fakta, operator bom yang tewas bersama meledaknya bom mobil di pelataran hotel bintang lima itu seorang laki-laki bernama Asmar Latin Sani, umur 28 tahun, tinggi, 164 cm, berjenggot sepanjang 2,5 cm. Asmar kelahiran Padang, Sumatera Barat, pernah tinggal di Solo dan Semarang, domisili terakhir di Bengkulu.
Adalah anggota tim investigasi Brigjen Pol Gores Mere yang mula-mula menyebut, bom Marriott adalah bom bunuh diri. Sebab, tim investigasi menemukan email yang dikirim Asmar, diantara isinya berbunyi, “Saya mau menikah.” Menurut polisi, kata itu merupakan sandi anggota jaringan Jamaah Islamiah (JI), yang berarti, “Saya akan melakukan bom bunuh diri.”
Asmar adalah orang yang mengemudikan mobil Kijang Nopol B 7462 ZN yang meledak di hotel milik pengusaha Amerika itu. Karena ledakan dahsyat tersebut, tubuh Asmar hancur berkeping-keping, kepalanya terlempar di lantai lima JW Marriot Hotel yang dibomnya. Polisi akhirnya bisa mengidentifikasi kepala itu adalah kepala Asmar, mula-mula dari jenggotnya yang masih utuh. Polisi kemudian menangkapi sejumlah orang yang dipercaya sebagai anggota jaringan Jamaah Islamiah.
Meski akibatnya tak sedahsyat bom Bali, bom bunuh diri JW Marriott juga menggetarkan karena meledak di ibu kota negara, Jakarta. Bom tersebut menewaskan 10 orang, melukai 134 orang, dan merusakkan sejumlah bangunan mewah sekitar JW Marriott. Seluruh mobil di lantai bawah, terbakar, dan seluruh kaca hotel yang memiliki 33 lantai itu, pecah berantakan. Getaran bom bunuh diri itu terasa hingga radius 3 kilo meter.(im)
Previous | Index | Next | Print artikel